Friday, May 29, 2009

Kreativitas Warga Bandung

Dalam sambutannya di peluncuran software JBatik v 2.0 pada tanggal 27 Mei 2009 yang bertempat di Blitz Megaplex, Paris Van Java Bandung, Menristek Kusmayanto Kadiman sempat mengungkapkan bahwa di Indonesia, tingkat kreativitas masyarakat tertinggi dipegang oleh Bandung. Jika ada yang mendekati, tapi bukan mengalahkan, barangkali Yogya.

Saya belum pernah tahu ada penelitian yang mengukur tingkat kreativitas warga di tiap kota di Indonesia. Namun, saya setuju jika dikatakan tingkat kreativitas di kota Bandung dsk tinggi.

Salah satu fenomena yang bisa kita lihat mewujud dari kreativitas itu adalah usaha warga untuk mendapatkan uang dari menjadi preman parkir. Jumlah preman parkir ini semakin hari semakin membeludak. Mereka menge-tag (nge-tek kalau istilah kita hehe) daerah kekuasaan masing-masing. Siapapun yang parkir di daerah kekuasaannya, harus membayar sejumlah uang.

Saya sempat dengar cerita dari seseorang yang mengobrol dengan salah satu preman parkir, bahwa penghasilan mereka bisa sampai 2 juta rupiah sebulan. Aki-aki yang beroperasi di depan RSU Cibabat, dengan memalaki orang yang menyeberang (iya MENYEBERANG!) di zebra-cross “miliknya”, bahkan bisa punya istri dua. Luar biasa deh. Minimal setiap orang akan memberi (ikhlas gak ikhlas) seribu rupiah. Hitunglah jika sehari ada lima puluh orang saja, maka dalam sebulan ia bisa mendapatkan 1,5 juta rupiah. Belum lagi jika weekend datang, maka jalan-jalan di Bandung dsk akan dipenuhi oleh warga luar kota yang tentu saja membawa kendaraan. Surga buat para preman parkir untuk menambah penghasilan.

Gampang banget kan, tinggal nge-tag spot, terus menadahkan tangan ke setiap orang yang ingin mengambil kendaraan yang diparkir di situ. Jadi tentu saja disini ada unsur pemerasan. Semua juga tahu bahwa yang preman-preman itu tagih adalah pungutan liar, tidak resmi. Parahnya, entah ini dapat perhatian dari pihak berwenang atau tidak, di Bandung raya ini semakin sedikit spot yang bebas dari preman parkir. Cuma numpang parkir di bawah pohon, cuma mau beli voucher pulsa Rp 10.000,- di kios kecil pinggir jalan yang makan waktu tidak sampai lima menit, eh sudah dipalakin Rp 1.000,-. Mampir di kios waralaba kecil, beli minuman botol seharga Rp 3.000,- juga dipalakin Rp 1.000,-. Halah, gak worthy banget.

Makanya, seorang teman yang bergerak di bidang marketing sempat mengeluhkan gajinya yang habis untuk ongkos parkir. Lha, dalam sehari dia bisa parkir di lebih dari sepuluh tempat. Bayangkan, buat parkir saja berarti dia sudah mengeluarkan lebih dari sepuluh ribu per hari. Bagaimana kalau dihitung lima hari kerja sebulan? Benar saja jika ia minta diadakan tunjangan khusus parkir bagi pegawai divisi marketing, hahaha.

Omong-omong tentang kreativitas mencari penghasilan dengan menjadi preman parkir ini, berlanjut ke hasil kreativitas lainnya. Jika diperhatikan, para preman parkir tersebut kini banyak yang mengenakan rompi berwarna oranye, berlogo dan bertulisan, yang mengesankan bahwa mereka dipekerjakan oleh Pemda setempat. Nah, rompi itu adalah hasil kreativitas pihak lain lagi, yang pandai melihat celah bahwa fenomena membeludaknya preman parkir ini bisa juga dijadikan lahan untuk mencari penghasilan tanpa harus terjun langsung menjadi preman parkir. Ya, mereka menjadi penyedia (baca: penjual) rompi-rompi tersebut. Kan kelihatannya lebih meyakinkan dan susah ditolak, kalau yang menadahkan tangan kepada kita adalah seorang juru parkir yang mengatasnamakan Pemda setempat. Padahal jelas, pungutan yang mereka tagih dari kita bakal masuk 100% ke kantong mereka sendiri, atau mungkin sebagian dibayarkan kepada “koordinator wilayah” yang membagi-bagi spot mereka.

Kalau menurut BPS, tingkat penganggur di Jabar mengalami penurunan sebesar 0,43% pada Februari 2009 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Terus, ada peralihan lapangan pekerjaan ke sektor informal sebagai alternatif yang diminati gara-gara di sektor formal ancaman PHK meningkat. Hehehe, gak tahu deh, apa lapangan pekerjaan bidang palak-memalak di divisi perpremanan parkir juga sudah terdaftar sebagai salah satu pekerjaan di sektor informal.

Tapi tetep, kreativitas warga Bandung memang top… *grin*

No comments: